Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung
sebelah luar. Kemasan dapat mempengaruhi stabilitas dan mutu produk
akhir. Untuk menjamin stabilitas dari produk ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh bahan kemas primer karena kontak langsung dengan
produk baik cair, padat, semi padat.
Bahan kemas primer adalah bahan
kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas-produk antara lain:
strip/ blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain.
Bahan kemas
sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner
box.
Bahan kemasan primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya
berupa outer box. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan
syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi
padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap
stabilitas (Kurniawan, 2012).
Material yang digunakan memiliki sifat
yang berbeda. Contohnya gelas, porselen, logam, produk selulosa (kertas,
lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
Sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anak.
Jenis ini berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat
oleh anak kecil, sehingga bahaya keracunan obat dapat dihindari.
Syarat
ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes melalui mekanisme penutup
ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu dosis.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu Gelas,
Plastik, Elastik / karet, dan metal/logam.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu
A. GELAS
Gelas merupakan salah satu bahan pengemas
yang pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable,
kuat, keras, dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada
penyimpanan dan dengan sistem penutupan yang sekucupnya dapat menjadi
suatu penghalang yang sangat baik terhadap hampir semua unsur kecuali
cahaya.
Gelas diperoleh melalui leburan bersama dari soda, batu kapur
dan kuarsa, merupakan suatu leburan dingin serta terdiri dari kisi SiO4-
tetraeter, yang terdeposit didalam ruang-ruang antar ion Na+ dan Cl- .
gelas kapur natrium normal terdiri 75% SiO2. 15% Na2O dan 10% CaO.
Kualitas gelas yang berbeda ditandai oleh kelas hidrolitik atau kompleks
resistensi.
Melalui proses manipulasi permukaan, resistensi hidrolitik
gelas dapat sangat diperbaiki (dikompenansi). Pelepasan alkali sangat
dikurangi air (diuapi) pada suhu tinggi. Gelas berwarna yang digunakan
untuk menyimpan bahan obat peka cahaya, diperoleh melalui penambahan
logam oksida. Kekurangan utama gelas sebagai bahan pengemas adalah mudah
pecah dan berat (Dhadhang, WK., Teuku, NSS. 2012)
Gelas yang digunakan untuk mengemas sediaan farmasi digolongkan menjadi 4 katagori, tergantung pada bahan kimia gelas tersebut dan kemampuan untuk mencegah penguraian, antara lain :
Gelas
|
Komposisi
|
Sifat-sifat
|
Aplikasi
|
Tipe 1 | Borosilikat | Resistensi terhadap hidrolisis tinggi,eksporasi termal rendah | Sediaan parenteral asidik dan netral, bisa juga untuk sediaan alkali yang sama |
Tipe II | Kaca soda kapur (diperlukan dealkalisasi) | Resistensi hidrolitik relatif tinggi | Sediaan parenteral asidik dan netral, bisa juga untuk sediaan alkalin yang sesuai |
Tipe III | Kaca soda kapur (tidak mengalami perlakuan | Sama dengan tipe II, tapi dengan pelepasan oksida | Cairan anhidrat dan produk kurang, sediaan parenteral jika sesuai |
Tipe NP | Kaca soda kapur (penggunaan umum) | Resistensi hidrolitik sangat rendah | Hanya digunakan untuksediaaan non parenteral (oral, tipikal, dsb) |
Kemasan gelas/kaca mempunyai sifat
sebagai berikut : tembus pandang, kuat, mudah dibentuk, lembam, tahan
pemanasan, pelindung terbaik terhadap kontaminasi dan flavor, tidak
tembus gas, cairan dan padatan, dapat diberi warna, dapat dipakai
kembali (returnable), relatif murah (Stefanus, 2006).
Macam-macam bentuk kemasan gelas/ kaca yaitu :
- Botol (leher tinggi, mulut sempit)
- Jar (leher pendek, mulut lebar)
- Tumbler (tanpa leher dan finish)
- Jugs (leher pendek, ada pegangan)
- Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk obat/bumbu/zat kimia, dll.)
Pelepasan alkali dari gelas dapat
ditentukan melalui cara yang berlainan. Untuk maksud tersebut dapat
digunakan dua metode : metode serbuk gelas (metode lumatan) dan metode
permukaan. Pada metode serbuk gelas, gelas diserbukan, disuspensikan
dalam aseton. Setelah ditambahkan air harus dilakukan pemanasan dalam
autoklaf dan ditetesi larutan indicator (merah metil) kemudian dititrasi
dengan asam hidroklorida.
Pada metode permukaan, wadah gelas yang
diisikan dengan air bebas CO2 dan mengandung sejumlah asam hidroklorida
atau asam sulfat tertentu dan merah metal sebagai indicator. Setelah
disterilkan wadah tertutup dalam autoklaf tidak boleh menghasilkan
perubahan warna (Voight, 1995).
B. PLASTIK
Plastik merupakan padatan, terdiri dari
molekul tinggi yang dominan, zat organic, bahan yang dapat berubah
bentuk secara praktis pada kondisi tertentu atau juga barang yang dibuat
dari padanya. Plastik dapat dibedakan atas termoplastik (misalnya
harsa, fenol, poliester) dan duroplastik. Termoplastik menjadi plastis
jika dipanaskan dan dalam keadaan seperti ini dapat dibentuk menjadi
kerangka dasar yang dikehendaki. Pada saat pendinginan, material membeku
dan bentuknya stabil. Duroplastik produk awal yang belum terajut,
dikempa dalam cetakan yang dipanaskan, dimana terjadi perajutan dan
pengerasan akibat reaksi kimia kemudian memperoleh bentuk akhirnya
(Voight, 1995).
Penggunaan plastik sebagai pengemas
pangan dan obat terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang
fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot
ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah
diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara
massal, harga relative murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan
dasar plastik. Walaupun plastik memiliki banyak keunggulan, terdapat
pula kelemahan plastik bila digunakan sebagai kemasan pangan, yaitu
jenis tertentu (misalnya PE, PP, PVC) tidak tahan panas, berpotensi
melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer
dan plastik merupakan bahan yang sulit terbiodegradasi sehingga dapat
mencemari lingkungan (Anonim, 2010).
Menurut pembentukannya dapat dibedakan
bahan pada sintesis produk polimerisasi, poliadisi dan polikondensasi.
Pada polimerisasi, monomer, senyawa asal tak jenuh. Produk polimerisasi
misalnya polietilen, polipropilen, polivinil klorida. Melalui poliadisi
dapat terbentuk antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada proses
polikondensasi perajutan dua molekul monomer berlangsung secara kontinyu
dengan diikuti pembentukan produk reaksi molecular rendah (misalnya
HCI, NaCI, NH3, H2O). Secara umum senyawa polikondensat dan poliadisi
lebih cocok digunakan untuk kepentingan medisin dan farmasetik daripada
polimerisat, oleh karena itu hanya sedikit atau bahkan tidak memerlukan
bahan tambahan, sehingga toksisitas hanya bersumber dari bahan asalnya
(Anonim, 2006).
Plastik yang digunakan sebagai wadah
produk sediaan farmasi umumnya terbuat dari, polimer-polimer. Contohnya
polietilen, polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat,
polipropilen (PP), polivinil khlorida (PVC).
a. Polietilen
Digunakan untuk bentuk sediaan oral kering yang tidak akan direkonstitusi menjadi bentuk larutan.
b. Polietilen tereftalat (PET) dan polietilen tereftalat
PET adalah polimer kondensasi berbentuk
kristalin yang dibuat dari reaksi asam tereftalat dengan etilenglikol,
digunakan terutama sebagai kemasan minuman berkarbonatasi dan untuk
pengemasan sediaan oral.
c. Polipropilen (PP)
PP adalah polimer yang termasuk
poliolefin, dibuat melalui cara polimerisasi propilen. Digunakan untuk
pengemasan padat kering atau sediaan cair oral.
d. Polivinil khlorida (PVC)
PVC adalah salah satu kemasan obat yang
umum digunakan di Amerika Serikat setelah HDPE. Digunakan terutama
untuk bentuk kemasan kaku dan produksi film (sebagian besar sebagai
kantong untuk cairan intravena).
(Dhadhang, WK., Teuku, NSS. 2012).
Pembuatan polimer tinggi sering
membutuhkan katalisator dan pengendali polimerisasi. Oleh karena itu
secara umum diperlukan tambahan bahan pembantu untuk menghasilkan
material plastic yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Pembuatan
lunak bahan ini digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas
dan fleksibilitas yang diperlukan. Yang tergolong dalam bahan ini antara
lain gliserrol, glikol, alcohol tinggi, ester dari asam dikarboksilat
(asam ftalat, asam adipat, asam sebasinat) (Anonim, 2006).
Beberapa faktor yang menyebabkan industri farmasi semakin banyak menggunakan wadah plastic antara lain :
- Jika dibandingan dengan wadah gelas, wadah plastic beratnya lebih ringan dan lebih tahan terhadap benturan sehingan biaya pengangkutan lebih murah dan resiko wadah pecah lebih kecil.
- Desain wadahnya beragam dan penerimaan pasien terhadap wadah plastic cukup baik.
- Penggunaan wadah plastic relative efektif. Dalam bentuk botol plastic yang dapat dipencet dapat menyebabkan wadah berfungsi ganda baik sebagai pengemas maupun sebagai aplikator sediaan-sediaan seperti obat mata, obat hidung, dan lotio (Dhadhang, WK., Teuku, NSS. 2012).
Penggunaan plastik pada bidang farmasetik
dan medisin mensyaratkan pemahaman akan sifat material serta juga
pengamatan kemungkinan terjadinya antaraksi dengan bahan yang diisikan,
oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat
mekanik (misalnya pada wadah yang kaku atau fleksibel), sifat optik
(pada zat pekat cahaya), kemantapan terhadap suhu dan tekanan, yang
berkaitan dengan permeabilitas gas uap air dan bahan penguap.
Disamping
itu, banyaknya kemugkinan antraksi antara meterial pengemas dan bahan
yang diisikan tergantung dari sifat fisika dan bahan kimia yang
diisikan, sifat kimia dan fisika materi pengemas, ukuran dan luas
permukaan yang kontak dari bahan yang diisikan dan bahan pengemas, lama
kontak dan suhu (Goeswin, 2009).
Syarat bahan sintetis yang digunakan secara farmasetik,yaitu :
- Material plastik harus sedemikian tebal, sehingga lintasan untuk mikroorganisme tidak dimungkinkan, dan sebaiknya tidak permeabel untuk uap dan gas.
- Harus dapat disterilkan; jika mungkin dalam keadaan kosong maupun terisi.
- Tidak boleh membebaskan bahan asing kedalam kandungannya (absorbsi, absorbsi). Komponen toksis atau komponen lain dari bahan sintetis yang dapat bermigrasi kedalam kandungan harus serendah mungkin, sehingga tidak bersifat merusak.
- Sebaiknya menunjukan kemantapan absolut terhadap bahan obat,bahan pembantu galenik dan bahan pelarut semua jenis.
- Tidak boleh menimbulkan perubahan konsentrasi. Yang mempengaruhi efek terapetik dari preparat.
- Bahan sintetis untuk wadah larutan injeksi, mengingat kontrol pengamatan yang dilakukan.harus memiliki transparansi yang baik.
- Bahan sintetis, tergantung tujuan penggunaannya harus mempunyai elastisitas yang memuaskan. Kekompakan tekan atau mantap terhadap koyakan dan penuaan.
- Bahan sintetis harus dapat dilas dengan baik, dan dapat dibuat dengan murah (Anonim, 1995)
Elastik adalah bahan yang berbentuk dari
zat-zat organik, padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan
sifat seperti karet elastis contohnya tutup botol infus (Goeswin,2009).
Elastik ini terbuat dari produk karet alam, karet sintesis dan bahan
sejenis karet. Elastisitas karet memiliki gaya tarik yang relatif rendah
sehingga akan terjadi peregangan yang kuat. Elastik dalam keadaan tidak
meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya
(Lukas,2006).
Bahan karet seperti produk karet sintesis
dapat divulkanisasi hal ini untuk memperoleh elastisitasnya, contohnya
vulkanisasi karet mentah dengan penambahan belerang dan pemanasan. Pada
proses pembuatan terdapat bahan-bahan pembantu diantaranya :
- Katalisator : Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai suplier oksigen).
- Pempercepat vulkanisasi : senyawa yang digunakan yaitu senyawa nitrogen organik atau belerang seperti amin sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon pentasulfida.
- Inhibitor : senyawa yang berfungsi sebagai penghambat proses vulkanisasi yang dapat dikendalikan setelah mencapai kekerasan karet yang dikehendaki (misalnya garam timbal,nikel dan besi).
- Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan contoh senyawa fenol.
- Modifikator : senyawa yang berfungsi untuk memperbaik bentuk dan kualitas dari produk, contohnya bahan pengeras, parafin cair, pengedap pori dsb.
- Bahan pengisi : senyawa ini digunakan untuk memperbaiki sifat mekanis contoh pasir, asbes dsb.
- Bahan pewarna, bahan pelindung cahaya, bahan penutup bau dan bahan anti terbakar
Jenis-jenis elastik antara lain :
a. Karet alam
Karet mentah terdiri dari hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan rumus kimia(C5H8)n
dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki
berat molekul antara 300.000 dan 700.000 Karet mentah diperoleh dari
lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan
penghasil penghasil karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae dan
Compositae.
b. Produk perubahan dari karet alam
- Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam karbon tetraklorida pasa suhu 80-110 oC. Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada suhu di atas 80 oC terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak pada kekerasannya, tidak mudah terbakar dan memiliki kualitas yang lebih baik dalam alkali dan asam.
- Karet siklo merupakan produk siklinisasi yang terbentuk melalui pemanasan karet mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk membuat salutan pada material wadah.
- Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam campuran dengan karet alam.
Produk ini mempunyai daya tahan mekanis
yang baik, permeabilitas uap air dan gas yang cukup, serta stabilitas
yang baik terhadap minyak lemak dan parafin.
a. Poliklorbutadiena ( karet kloropren)
Pembuatannya berlangsung melelui
polimerisasi dari kloropren (2-klor-1,3-butadiena). Produk ini memiliki
kekerasan yang besar, stabil terhadap pengaruh oksidatif, minyak
mineral, minyak lemak, asam dan basa encer. Permeabilitas air dan
gasnya, rendah. Mereka melunak sejak suhu kira-kira 600C (Anonim,1995).
b. Polisopren(karet isopren, karet metil)
Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisorpen terbentuk melalui polimerisasi dari isopren (Anonim,1995).
c. Polisobutilen (karet butil)
Karet butil diperoleh
melalui polimerisasi campuran dari isobutan (97 %) dengan sedikit
isopren atau butadiena dalam metilen klorida pada suhu sekitar -100°C
(Anonim,1995).
d. Karet polisulfida
Tieolastik merupakan
polikondensat dari alkalipolisulfpida dan dihalogenida alifatik. Mereka
memiliki stabilitas pembengkakan terhadap bahan pelarut, stabil terhadap
penuaan dan oksidasi, dan kekompakan mekanisnya relatif rendah.
e. Karet silicon
Karet silikon stabil
terhadap minyak dan lemak serta tidak peka suhu. Permeabilitas gasnya,
sangat tinggi. Digunakan antara lain untuk material selang medicine,
farmasi dan material tutup serta bagian sintetis untuk implantasi.
f. Poliuretan
Poliuretan ini mirip karet
diperoleh melalui penggantian diisosianat dengan poliester rantai
panjang, mengandung gugus hidroksil dan diakhiri dengan perajutan.
Sifatnya tidak stabil terhadap asam, basa dan air mendidih, tetapi
kompak terhadap minyak dan gesekan yang tinggi (Anonim,1995).
D. METAL
Penggunaan metal pada produk sediaan
farmasi ini relatif terbatas. Metal ini digunakan sebagai material
kemasan yang memiliki bentuk dan sifat yang sukar diganti dengan kemasan
lain walupun metal ini mudah teroksidasi dan membentuk koosi . Metal
yang biasa digunakan yaitu timah, aluminium dan baja. Kegunaan dari
masing-masing metal :
- Timah sering digunakan untuk produksi kaleng erosol dengan cara electroplating menjadi bentuk lembaran baja untuk meningkatkan resistensi terhadap korosi dan untuk memfasilitasi penyolderan.
- Aluminium digunakan dalam bentuk murni sebagai foil. Sering aluminium foil digunakan sebagai lapisan impermeable dalam laminat multilapis yang dapat menyertakn pula kertas dan plastic. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi kontener kaku, kontener semi kaku, konstruksi olister atau laminat.
- Baja ini sering digunakan untuk kemasaan atau wadah penampung yang besar.
Metal dibentuk menjadi sistem
penghantaran obat yang lebih kompleks,seperti inhaler sustained release,
inhaler serbuk kering, alat untuk pemberian aerosol, bahkan jarum yang
siap untuk digunakan (Goeswin,2009).
Kelebihan dan kekurangan metal :
- Kelebihannya dapat digunakan untuk membuat tromol atau drum, ruahan material dimana diperlukan kekuatan yang besar. Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder bertekanan tinggi untuk menyimpan produk gas.
- Kekurangan utama dari metal terikat dengan biaya dan control kualitas. Metal lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk dibentuk menjadi kemasan yang dapat dimanfaatkan. Untuk bentuk foil (lembaran tipis), banyak dihasilkan kemasan cacat dikarenakan adanya lubang halus yang terbentuk selama proses manufacturing sehingga sifatnya sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang (terutama pada foil yang sangat tipis) (Goeswin, 2009).
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Departemen Kesehatan RI.Jakarta.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI. Materi Talkshow di RRI tentang Kemasan Pangan. 2008.
Goeswin,Agoes.2009.Sediaan farmasi Steril. ITB Press.Bandung.
Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S.S . (2012) Teknologi Sediaan Farmasi. Purwokerto : Laboratorium Farmasetika Unsoed.
Stefanus,Lukas.2006.Formulasi Sediaan Steril. C.V Andi Offset.Yogyakarta.
Tim Publikasi Bersama: Himpunan Polimer Indonesia, Inaplas, Federasi Pengemas
Indonesia. Produk Plastik yang Aman Digunakan. 2006.
Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Sumber : https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/material-kemasan-produk-sediaan-farmasi/
0 komentar:
Posting Komentar